Senin, 04 Mei 2009

Indonesia Militan by A. Riawan Amin

Mulai deh ngerasa "haus" akan buku, pas jalan ke toko buku banyak yang pengen dibeli. Tapi karna keterbatasan finansial, jadinya pilih2 yang lagi pengen banget dibaca. Sebenernya gak ada judul yang direncanain, tapi akhirnya nemu juga buku yang cukup berisi (diliat dari judul dan sinopsis belakang buku! hehe...) dengan harga yang standar buat mahasiswa...

Indonesia Militan by A. Riawan Amin

Selain judulnya, satu hal yang bikin aku ngerasa suka sama buku ini yaitu penulisnya. Sempet mikir "siapa ya A. Riawan Amin???" kayaknya nama itu gak asing buat aku. Saking penasarannya aku sampe nyari di internet, hehe... akhirnya aku inget!!! dia pendiri bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia. Ia juga penulis dari buku The Celestial Management. Waaaahhhh.... berarti aku gak salah beli buku!

Buku Indonesia Militan menggambarkan kondisi degradasi mental bangsa Indonesia saat ini. Jangan dibandingkan dengan militansi Bung Karno dan Bung Hatta, para founding fathers kita. Bangsa Indonesia sudah kalah jauh dengan bangsa tetangga yang justru dulu berguru ke tempat kita, bahkan dari negara yang memiliki wilayah tak seluas Jakarta.

Apa sih arti kata "militan"???A. Riawan Amin dalam buku ini mengartikan militan sebagai orang yang memiliki semangat tinggi dalam memperjuangkan apa yang diyakini. Menurutnya ada tiga ciri orang yang militan. Pertama, ia seorang aktivis. Kedua, seorang militan tidak pernah berhenti berjuang. Ketiga, seorang militan memiliki kepemimpinan yang kuat dan visioner.

Jika kita melihat betapa hebatnya bangsa terdahulu untuk memperjuangkan kemerdekaan, itulah yang disebut militan. Namun, mereka pasti akan merasa sakit hati melihat apa yang dulu diperjuangkannya sekarang malah dirusak oleh bangsa sendiri. Memang, mental bangsa ini sudah dirusak secara perlahan-lahan. Baik itu dari segi kepemimpinan yang tidak lagi menjadi "pelayan" bagi rakyatnya, sampai gaya hidup yang tidak merasa bangga dengan milik sendiri.

Kemandirian bangsa. Itu hal kedua yang harus dipahami oleh bangsa ini. Mau sampai kapan kita terus bergantung pada "uluran tangan" asing? Tentunya semua bangsa di dunia mengakui bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya, tapi sayang nya bangsa indonesia tidak mencintai negaranya sendiri. Segala aset dijual untuk "ngasih makan" orang kaya, produk-produk Indonesia kalah bersaing dengan produk luar negeri hanya karena alasan prestis. Andaikan pemimpin dan rakyat kita bersatu, membuat suatu visi yang akan dicapai bersama-sama bukan hanya segelintir orang yang menggunakan emblem partai atau golongan.

Perekonomian adalah hal yang sangat fundamental bagi suatu negara, sistem ekonomi harus dibuat sesuai dengan kebutuhan rakyat. yang pro-rakyat lah intinya! Namun, sistem ekonomi kita masih cenderung kapitalis. Modal hanya berputar di sektor keuangan, yang kaya akan semakin kaya. Bank-bank konvensional hanya menginvestasikan dana masyarakat di SBI. Padahal bangsa ini sudah sadar betul bahwa sektor riil-lah yang menjadi penopang utama perekonomian kita. Nah, dalam buku ini A. Riawan Amin menekankan pentingnya revitalisasi sistem perbankan dan keuangan. Apalagi kalo bukan tujuannya men-syariahkan sistem ekonomi kita. Sistem ekonomi syariah bukan hanya sistem yang menghindari hal-hal berbau riba, spekulasi, keuntungan dari bunga dan segala macam yang berjenis haram. Tapi sistem ekonomi syariah juga turut mengembangkan sektor riil yang ada di masyarakat bahkan samapai ke lapisan bawah, atau yang dalam buku ini disebut usaha yang baru start-up. Setidaknya isu yang dibawa oleh sistem ekonomi syariah bukan hanya sekedar meng-Islamkan Indonesia, tapi juga mensejahterakan rakyat Indonesia secara keseluruhan.

Setelah bangsa Indonesia sudah bisa hidup sendiri, kalo kata Bung Karno "berdiri di atas kaki sendiri", dan sudah mapan secara ekonomi, maka insyaAllah bangsa Indonesia dapat bersaing di kancah dunia. Dan negara Indonesia akan terbebas dari yang namanya "penjajahan" baik secara kasat maupun yang tak kasat mata, dengan senjata maupun iming-iming harta, ataupun penjajahan secara moral spiritual (hahaha... apaan sih risdie!!!).

Begitulah. Sudah terlalu banyak kebobrokan mental bangsa Indonesia yang dirangkum oleh A. Riawan Amin dalam buku ini. Saatnya kita memperbaiki diri dan berusaha menjadi orang yang militan, menciptakan perubahan demi kemandirian bangsa dan perbaikan. Andai saja buku ini dibaca oleh semua bangsa Indonesia, aku yakin Indonesia bukan hanya menjadi bangsa yang berdikari tapi juga menjadi cerminan bangsa lain. Saatnya untuk berubah. Harapan itu masih ada!

.09Januari2009.

3 komentar:

  1. Kayaknya waktu itu ada yg janji mw minjemin buku "Indonesia Militan" deh...
    Siapa ya..? ^o^v

    BalasHapus
  2. mmm..perasaan pernah baca buku yang sama, tapi lupa judulnya, buku sosialisme yang ngangkat Indonesia dan Soekarno + Hatta sebagai tokoh, tapi pasti perspektifnya ideologinya beda sama buku ini...

    baca blognya, kaya yang lagi kampanye die, haha..
    dukung no.1, no.2, atau no.3 nich?
    tapi kalo liat tulisanya tentang ekonomi kerakyatan, kayanya udah jels nich,hehe..

    anyway,menanggapi sedikit, kalau dibandingkan dengan masa sesaat setelah merdeka, jelas "kejiwaan" bagsa Indonesia beda jauh sama sekarang...mental yang "hancur" adalah buah masalah bukan akar masalah...setidaknya fajri pernah baca, kalo seorang manusia bisa punya mental bagus, kalo dia punya percaya diri yang bagus, dan percaya diri yang bagus akan timbul kalo dia punya iman dan ilmu yang cukup..dan iman dan ilmu inilah yang sedang tersumbat diIndonesia tercinta ini...pendidikan yang berorientasi uang sudah mulai mengakar, jadi ga semua masyarakat bisa menjangkau..jadi yang namanya ilmu pengetahuan (ilmu dunia atau akhirat) mahal sekarang, dan itu berkolerasi sama kualitas mental yang juga terus menurun..

    so, bersyukurlah kalo kita masih bisa bersekolah, dan bermimpilah kalo suatu saat nanti kita adalah pewaris tahta yang dapat melambungkan nama Islam dan Indonesia, layaknya Seokarno Hatta...
    (kalimat terakhir ini, kutipan jri waktu ngasih materi tentang BHP, yang ujung kalimatnya "Hidup Mahasiswa!")hehe..

    BalasHapus
  3. wuiiiihhh... risdie jadi malu tulisannya dibaca sama fajri. thx buat tanggepannya! tapi risdie belum bisa konkret nih jri, ngemeng doang... mungkin belum saatnya, masih banyak rencana dan mimpi yang belum terealisasikan... semoga kita bisa menjadi bagian dari apa yang fajri sebut di akhir itu...

    Hidup Mahasiswa!!! heheee..

    BalasHapus